My

Welcome To My Blog

Sabtu, 28 Juni 2014

Sepsis Puerperalis




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sepsis Puerperalis” dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh ibu Ernita Thamrin, SST. selaku dosen pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal. Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai sepsis puerperalis, mulai dari pengertian sepsis puerperalis, etiologi hingga penatalaksanaan dari sepsis puerperalis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan di dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya.



Bengkulu, Mei 2014


               Penulis








ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................       ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................       iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................       1
A.    Latar Belakang ........................................................................................       1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................ ..........       1
C.     Tujuan......................................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................       3
A.    Pengertian ...............................................................................................       3
B.     Etiologi ...................................................................................................       3         
C.     Gejala ......................................................................................................       3
D.    Faktor Resiko ..........................................................................................       4
E.     Manifestasi Klinis (Diagnosis).................................................................       5         
F.      Penatalaksanaan ......................................................................................       6
BAB III PENUTUP  .........................................................................................       7
A.    Kesimpulan .............................................................................................       8
B.     Saran .......................................................................................................       8
DAFTAR PUSTAKA

 








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
          Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality). Menurut definisi WHO “kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated causes). Angka kematian maternal(maternal mortality rate) ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1000 atau 100.000 kelahiran hidup.
          Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai tiga sebab pokok: (1) masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-musabab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas; (2) kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3) kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil. Salah satu yang termasuk ke dalam  sebab-sebab penting  kematian maternal ialah sepsis puerperalis.
          Berkat usaha-usaha ini peranan sepsis puerperalis yang dahulu merupakan sebab kematian maternal yang sangat penting, kini sudah banyak berkurang. Walaupun demikian, bahaya laten tetap ada dan pencegahan terhadap timbulnya penyakit ini perlu terus-menerus diadakan. Perlu dikemukakan bahwa abortus yang dilakukan oleh tenaga-tenaga bukan ahli dengan kurang atau tidak mengindahkan asepsis masih merupakan faktor penting dalam terjadinya sepsis dalam hubungan dengan kehamilan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan sepsis puerperalis?
b.      Apa tanda dan gejala ibu yang terkena sepsis puerperalis?
c.       Apa penyebab dari sepsis puerperalis?
d.      Bagaimana penatalaksanaan dari sepis puerperalis?

  
C.    Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui apa itu sepsis puerperallis.
b.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari sepsis puerperalis.
c.       Untuk mengetahui penyebab dari sepsis puerperalis.
d.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari sepsis puerperalis.




















BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Puerperium
           Masa puerperium atau masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali pra hamil dan berlangsung kira-kira 6-8 minggu. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir setelah 6 minggu (42 hari) untuk kembalinya alat-alat reproduksi pada keadaan normal atau keadaan sebelum hamil. Masa nifas adalah suatu masa segera setelah kelahiran dan meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil.
Nifas dibagi dalam 3 periode:

  1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
  2. Puerperium  intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
  3. Remote puerperium adalah waktu yang diperbolehkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

B.     Pengertian Sepsis Puerperalis
            Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation Respon Syndrom ( SIRS).
            Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus.

C.    Tanda-Tanda dan Gejala Sepsis Puerperalis
Ibu biasanya mengalami:
  1. Nyeri pelvik
  2.  Lochea yang abnormal
  3. Suhu >380C atau <360
  4. Denyut jantung >90 x permenit
  5. leukosit >12.000/mm2
  6. Nyeri tekan uterus
  7. Pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah
  8. Lochea yang berbau menyengat atau busuk 
  9. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusi uterus)

E.     Etiologi
Bakteri Penyebab Sepsis Puerperalis, diantaranya :
  1. Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini merupakan sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
  2. Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas walaupun kadang -kadang dapat menyebabkan infeksi umum. Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan orang yang terlihat sehat. 
  3. E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. 
  4. Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

            Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara beberapa macam bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen atau eksogen.
a.       Bakteri Endogen
       Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan bahaya (misal, beberapa jenis stretopkokus dan stafilokokus, E. Coli, Clostridium welchii). Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika :
  1.  Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrument pemeriksaan pelvic 
  2. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi, atau jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau setelah persalinan macet) 
  3. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
b.      Bakteri Eksogen
            Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, Clostridium tetani, dsb). Bakteri eksogen  dapat masuk ke dalam vagina:
  1. melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
  2. melalui substansi/benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal, ramuan/ jamu, minyak, kain
  3.   melalui aktivitas seksual.
            Di tempat-tempat di mana penyakit menular seksual (PMS), (misalnya, gonorrhea dan infeksi klamidial) merupakan kejadian yang biasa, penyakit tersebut merupakan pe-nyebab terbesar terjadinya infeksi uterus. Jika seorang ibu terkena PMS selama kehamilan dan tidak diobati, bakteri penyebab PMS itu akan tetap berada di vagina dan bisa menyebabkan infeksi uterus setelah persalinan.

F.     Terjadinya Sepsis Puerperalis
            Sepsis puerperalis dapat terjadi di masa intrapartum atau postpartum. Sebelum kelahiran, membran amniotik dan membran korionik dapat terinfeksi jika ketuban pecah (ruptur membran) terjadi berjam-jam sebelum persalinan dimulai. Bakteri kemudian mempunyai cukup waktu untuk berjalan dari vagina ke dalam uterus dan menginfeksi membran, plasenta, bayi, dan ibu. Korioamnionitis merupakan suatu masalah yang sangat serius dan dapat membahayakan hidup ibu dan bayinya.
           Setelah persalinan, sepsis puerperalis mungkin terlokalisasi di perineum, vagina, serviks, atau uterus. Infeksi pada uterus dapat menyebar dengan cepat sehingga menyebabkan infeksi pada tuba fallopi atau ovarium, parametritis, peritonitis, dan menyebar ke pembuluh limfe, yang kemudian akan menyebabkan septikemia jika masuk ke aliran darah. Ini kemudian semakin diperumit dengan adanya syok septik dan koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravaskular coagulation (DIC) yang dapat menimbulkan masalah perdarahan. Sepsis puerperalis dengan cepat dapat berakibat fatal.
            Ibu di masa postpartum (masa nifas) memang rentan terhadap infeksi karena adanya faktor – faktor berikut :
  1. Sisi perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar, hangat, gelap, dan basah. Ini memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tempat seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri. Di laboratorium, kondisi-kondisi yang hangat, gelap dan basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri tumbuh dan berbiak
  2.  Sisi plasenta memiliki persediaan darah yang kaya, dengan pembuluh-pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak dengan sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat 
  3. Sisi plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9-10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau “patogenik” karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta. 
  4. Selama pelahiran, area serviks ibu, vagina, atau area perineumnya mungkin robek atau di episiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi, terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya terlokalisasi, tetapi pada kasus-kasus berat infeksi ini dapat menyebar ke jaringan di bawahnya.

G.    Penatalaksanaan Sepsis Puerperalis

    1.      Isolasi dan Batasan pada Perawatan Ibu
    Tujuan dari kegiatan ini adalah mencegah penyebaran infeksi pada ibu lain dan bayi mereka.
     Prinsip-prinsip keperawatan dasar adalah penting bidan harus :
  1. Merawat ibu di suatu ruang terpisah atau jika hal ini tidak mungkin, di pojok bangsal, terpisah dengan pasien lain. 
  2. Menggunakan gown dan sarung tangan pada saat mengunjungi ibu dan gown serta sarung tangan khusus ini hanya di pakai ketika berhadapan dengan ibu 
  3. Menyimpan satu set peralatan, alat makan, peralatan dapur lainnya hanya digunakan untuk ibu dan memastikan bahwa peralatan ini tidak digunakan oleh orang lain. 
  4. Mencuci tangan sampai bersih sebelum dan setelah mengurusi ibu.
  
     2.      Pemberian Dosis Tinggi Antibiotik Berspektrum Luas
            Kegiatan ini biasanya diresepkan oleh dokter. Jika di tempat tersebut tidak tersedia dokter, petugas kebidanan harus mengetahui cara meresepkan dan memberikan obat-obatan yang tepat. Jika secara hukum tidak memungkinkan peraturan tersebut harus dikaji kembali.
            Ibu akan meninggal akibat sepsis puerperalis jika terapi antibiotik yang tepat tidak diberikan sedini mungkin. Tujuan pemberian antibiotik adalah memulai pengobatan dengan segera dan menghentikan penyebaran infeksi lebih lanjut.
            Pilihan antibiotik
            Jika ibu tidak sangat sakit (misalnya tidak demam atau hanya demam ringan, denyut tidak sangat tinggi, status kesadaran normal).
Program pengobatan yang berguna adalah :
  1. Amoxilin 1 gram stat pe oral di ikuti dengan 500 mg setiap 8 jam selama tujuh hari + metronidazole 400 atau 500 mg setiap 8 jam selama tujuh hari, atau 
  2. Amoxilin 1 gram stat peroral di ikuti deggan 500 mg setiap 8 jam selama  tujuh hari + tetrasiklin 1 gram statper oral di ikuti dengan 500 mg setiap 6 jam selama tujuh hari.

              Jika ibu sangat sakit (misalnya demam sangat tinggi, denyut cepat, konfusi). Sering kali lebih dari    satu jenis bakteri yang menyerang. Suatu kombinasi antibiotik harus diberikan untuk memberi cakupan seluas mungkin.

Metronidazole dan kloramfenikol sangat efektif untuk melawan klamidia dan bakteri lain yang resisten terhadap antibiotic lain. Metronidazole harus diberika jika ibu telah menjalani sekseio sesaria atau jika anda mencurigai adanya infeksi klamedia.
Program pengobatan yang membantu :
·         Benzilpenisilin 5 juta IU IV stat di ikuti dengan 2 juta IU setiap 6 jam + gentamisin 100 mg stat IM di ikuti 80 mg setiap 8 jam + metronidazole 400 mg atau 500 mg per ora setiap 8 jam, atau
·         Ampisilin 1 gram IV stat di ikuti dengan 500 mg IM setiap 6 jam + metronidazole 400 atau 500 mg per oral setiap 8 jam, atau
·         Benzilpenisilin 5 juta IU IV stat di ikuti dengan 2 juta IU setiap 6 jam + gentamisin 100 mg stat IM di ikuti dengan 80 mg setiap 8 jam, atau
·         Benzilpensilin 5 juta IU IV stat di ikuti dengan 2 juta IU setiap 6 jam + kloramfenikol 500 mg setiap 6 jam.
Tindak lanjut :
            Jika ibu tidak membaik setiap setelah 48 jam atau laporan laboratorium menyatakan bahwa bakteri resiten terhadap antibiotik ini, antibiotik harus di ganti.
Jika mengganti antibiotik sampai Anda memikirkan :
·         Apakah diagnosis terdahulu benar?
·         Apakah terdapat abses di suatu tempat ?
Tetanus Toksoid
            Jika ada kemungkinan ibu terserang tetanus (akibat kotoran sapi, lumpur atau ramuan dimasukkan kedalam vagina) dan nada keraguan ada riwayat vaksinasi nya, maka berikan tetanus toksoid.
    3.      Pemberian cairan yang banyak
      Tujuan pemberian cairan ini adalah memperbaiki atau mencegah dehidrasi dan membantu menurunkan demam.
      Pada kasus-kasus berat, penting untuk memberikan cairan intravena terlebih dahulu. Jika ibu sadar dan tidak ada indikasi yang menunjukan perlunya pemberian anastesi umum pada beberapa jam selanjutnya, ia juga harus diberikan cairan oral. Pada kasus  kasus ringan tambahkan asupan cairan oral.

     4.      Pengeluaran fragmen plasenta yang tertahan
            Fragmen plasenta yang tertahan dapat menjadi penyebab terjadinya sepsis puerperalis curigai keadaan ini jika uterus lunak dan membesar,dan jika lokea berlebihan dan mengandung bekuan darah.ibu harus segera dirujuk ke fasilitas yang mempunyai peralatan dan petugas perawatan kesehatan terlatih untuk melakukan kuretase.

    5.      Pemberian asuhan keperawatan yang terlatih
Berikut ini adalah hal-hal yang penting :
·         Menganjurkan ibu untuk beristirahat di tempat tidur
·         Memantau tanda-tanda vital
·         Mengukur asupan dan pengeluaran
·         Menjaga agar catatan tetap akurat
·         Mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang
Masalah praktek yang mungkin muncul, meliputi :
·         Fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi yang layak
·         Kurangnya staf menyebabkan tidak mungkin untuk mengalokasikan seorang bidan atau perawat untuk memberikan perawatan

    6.      Penangan komplikasi
Ø  Peritonitis
      Peritonitis menyeluruh adalah peradangan pada semua bagian peritoneum.ini berarti baik peritoneum parietal,yaitu membrane yang melapisi dinding abdomen, maupun peritoneum visceral yang terletak diatas visera ataun orang-organ internal, meradang.
Diagnosis :
      Penting untuk mengetahui cara mengenali peritonitis. Peritonitis atau abses multipe didalam abdomen dapat muncul setelah secio sesaria atau rupture uterus atau boleh jadi merupakan sustu komplikasi sepsis puerperalis.
Selain demam, tanda-tanda dan gejala ini juga muncul:
-          Nyeri lepas,
-          Nyeri abdomen,
-          Abdomen berdistensi 3-4 hari,
-          Muntah,
-          Bising usus lemah,
-          Diare.


Penanganan peritonitis menyeluruh :
      Obati secara aktif jika diduga, tanpa menunggu kepastian diagnosis. Mulai dari antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metrodazol (lihat halaman 62 untuk dosis nya), cairan iv dan analgesik (seperti petidine 50-100 mg im setiap 6 jam) . jika tersedia, pasang selang nasogastik ( NGT ) dan aspirasikan isi lambung
      Pastikan bahwa ibu segera di bawak ke tingkat rujukan yang lebih tinggi yg memeiliki pertolongan medias atau bedah terampil. 

Ø  Salpingo-Ooforitis dan parametritis
      Salpingo-ooforitas adalah infeksi pada ovarum atau tuba palovi. Parametritis adalah infeksi pada parametrium. (parametrium adalah jaringan renggang yang di temukan di sekitar uterus jaringan ini memanjang sampai ke sisi serviks dan pertengahan lapisan-lapisan legamen besar.
Diagnosis :
Salpingo-ooforitas : demam, nyeri bilateral, dan nyeri tekan di bagian bawah abdomen.
Parametritis : demam, nyeri atau nyeri tekan pada salah satu atau ke dua sisi abdomen, nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina
Penanganan salpingo-ooforitas atau parametritis :
      Mulai dengan antibiotik seperti benzilpenisilin di tambah genta misin dan metronidazole Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti petidine 50-100 mg IM setiap 6 jam. Jika ibu tidak membaik dalam dua atau 3 hari, ia harus segera di bawa ke Rumah Sakit Daerah.

Ø  Septikemia
Septicemia adalah ada dan berkembang biaknya bakteri di dalam aliran darah.
Diagnosis :
Demam dan menggigil, denyut cepat, ibu sangat sakit
Penatalaksanaannya:
Mulai dengan antibiotik, misalnya benzylpenisilin + gentamisine + metronidazole.

Ø  Abses
Diagnosis :
      Masa yang menonjol dan berfuktuasi pada pemeriksaan vagina, nyeri yg hebat atau nyeri tekan, demam tidak menurun meskipun di beri antibiotic.

Penatalaksanaan :
      Rujuk ibu ke rumah sakit daerah untuk kolpotomi posterior ( insisi bedah ke dalam dinding posterior vagina ) untuk abses pada kantong duoglas atau laparatomi untuk abses yang ada di abdomen.

    7. Penangannan infeksi pada robekan perenium, vulva,vagina, infeksi pada episiotomy  
     Tanda-tanda dan gejala :
-          Nyeri
-          Bengkak
-          Kemerahan
-          Rabas pus
-           Demam

Penanganan :
-          Antipiretik atau analgesic
-          Sitz*bath tiga kali sehari
-          Bersihkan luka dengan hydrogen peropsida atau betadine dua kali sehari setelah daerah genetalia di bersihkan dengan air
Jika tidak ada perbaikan setelah tiga hari, angkat jahitan jika ada, tusuk bagian luka dan alirkan nanahnya. Bersihkan luka dengan hydrogen peropsida atau betadine dua kali sehari. Jika setelah tiga hari masih belum membaik, rujuk ke RS daerah untuk eksplorasi bedah dan debridement.

    8.      Penatalaksanaan korioamnionitis
Tanda-tanda dan gejala :
-          Demam
-          Nyeri pada uterus saat palpasi
-          Keluarnya cairan amniotic yang berbau busuk
-          Denyut cepat ( di atas 90/menit )
-          Bayi juga mempunyai denyut yang cepat ( di atas 160/menit )
-          Ada riwayat pecah ketuan yang lama

Penatalaksanaan :
Persalinan harus di lakukan segera mungkin. Kehidupan ibu dan bayinya terancam :
-          Pasang infuse IV dan berikan cairan IV
-          Segera berikan antibiotik
-          Pantau tanda-tanda syok
-          Segera bawa ibu RS daerah tempat pertolongan obsetrik dan pediatric yang terampil tersedia
Pencegahan korioamnionnitis :
-         Anjurkan semua ibu hamil untuk mencari bantuan media sesegera mungkin ketika mereka melihat adanya cairan yang keluar dari jalan lahir. Jika ketuban pecah dan ibu belum mengalami kontraksi, jangn lakukan pemeriksaan vagina.
-        Jika persalinan tidak juga dimulai dalam 12 jam setelah ketuban pecah, berikan ibu pengobatan antibiotic profilaktik (preventif): gunakan antibiotic berspektrum luas, seperti ampisilin 1 gr stat IM sekali kemudian 500 mg IM setiap 6 jam atau amoksilin 500 secara oral setiap 8 jam. Sebagai alternatif, sulfametokzol/trimetoprine 800/160 mg dapat diberikan dua kali sehari.
-          Rujuk ketingkat perawatanyang lebih tinggi setelah maksimum 12 jam tidak terjadi persalinan.

    9.      Penanganan Tetanus
   Penatalaksanaan sepsis puerperalis akibat tetanus :
-          Segera bawa ibu kerumah sakit daerah
-          Sambil menunggu untuk pemindahan atau dalam perjalanan ke Rumah Sakit:
·         Jaga ibu tetap berbaring miring sehingga cairan yang keluar dari mulutnya tidak membua ibu tersedak.
·         Jaga jalan nafas tetap terbuka.
·         Berikan ibu sedasi (mis., 20 mg diazepam IM) untuk mengendalikan spasme dan mengurangi kemungkinan terjadi kejang. Lindungi ibu dari kebisingan dan cahaya.
·         mulai dengan antibiotik, misalnya bensilpenisilin 5 juta unit IV atau IM stat.






BAB  III
PENUTUP

    A.    Kesimpulan
     Dari uraian yang telah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus di mana terdapat dua atau lebih dan hal – hal berikut ini : Nyeri pelvic, demam 38,5°C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja; vagina yang abnormal; vagina berbau busuk; keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusio uteri).
2.      Tanda-Tanda dan Gejala Sepsis Puerperalis
Ibu biasanya mengalami nyeri pelvic, lochea yang abnormal, suhu >380C atau <360C, denyut jantung >90 x permenit, leukosit >12.000/mm2, nyeri tekan uterus, pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah, lochea yang berbau menyengat atau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus (sub involusi uterus).
3.     Beberapa bakteri yang paling umum yang menyebabkan sepsis puerpuralis adalah: Streptokokus, Stafilokokus, Escherichia coli (E. Coli), Clostridium tetani, Clostridium width,  Chlamidia dan gonokokus (bakteri penyebab penyakit menular seksual).
4.  Sepsis puerperalis dapat terjadi di masa intrapartum atau postpartum. Sebelum kelahiran, membran amniotik dan membran korionik dapat terinfeksi jika ketuban pecah (ruptur membran) terjadi berjam-jam sebelum persalinan dimulai. Bakteri kemudian mempunyai cukup waktu untuk berjalan dari vagina ke dalam uterus dan menginfeksi membran, plasenta, bayi, dan ibu. Korioamnionitis merupakan suatu masalah yang sangat serius dan dapat membahayakan hidup ibu dan bayinya.
5.      Penatalaksanaan Sepsis Puerperalis
1.      Isolasi dan Batasan pada Perawatan Ibu
2.   Pemberian Dosis Tinggi Antibiotik Berspektrum Luas
3.   Pemberian cairan yang banyak
4.   Pengeluaran fragmen plasenta yang tertahan
5.   Pemberian asuhan keperawatan yang terlatih
6.   Penangan komplikasi
7.   Penatalaksanaan korioamnionitis
8.   Penanganan Tetanus

    B.     Saran
            Sebagai tenaga kesehatan, pada kasus seperti sepsis puerperalis ini sebaiknya dapat menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sepsis nifas dan prioritas dalam mengelola sepsis nifas.



DAFTAR PUSTAKA

Rifayani, Sofie, dkk. 2011. Obstetri Emergensi. Jakarta: Sagung Seto.Ulfatun Nikmah
WHO. 2012. Modul Kebidanan Nifas Sepsis Puerperalis. Jakarta: EGC.
 

1 komentar:

  1. Learn How to play baccarat in the US | Baccarat - Fair Play
    In this article, we'll get to learn how to play baccarat in the US 메리트 카지노 쿠폰 from how to play baccarat in the kadangpintar U.S. How to Play. The best sports 바카라 betting sites in the USA!

    BalasHapus